Semua Berita

Menilai Kemajuan Perbaikan Perikanan Tuna Indonesia Demi Jaga Ketahanan Pangan
Pada tanggal 11-12 Mei 2015, WWF-Indonesia bekerja sama dengan Direktorat Pemasaran Luar Negeri dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (Dir. PLN-KKP), menyelenggarakan lokakarya bertajuk “Perkembangan Perbaikan Pengelolaan Perikanan Tuna Indonesia Guna Mencapai Standar Sertifikasi Ekolabel MSC” di Bogor. Dari lokakarya ini, disimpulkan bahwa perbaikan perikanan tuna di Indonesia sudah dilakukan di lapangan. Namun, dari 50 usulan yang direkomendasikan, baru 19 langkah (milestones) yang dinilai layak dan sesuai dengan standar Marine Stewardship Council (MSC), per tahun 2014. Sementara 31 milestones lainnya masih harus ditingkatkan dan dikelola lebih baik.
Penilaian menggunakan standar MSC…

Para Peneliti Siap Kumpulkan Data untuk Mengatur Pengelolaan Hiu dan Pari
Citra hiu sebagai binatang buas yang berawal dari sebuah film berjudul Jaws telah melekat kuat di benak masyarakat, menjadikannya sebagai binatang jahat dan gemar memangsa manusia. Walaupun fakta telah membuktikan sebaliknya, spesies kunci yang berfungsi sebagai predator puncak dalam tingkat tropik di laut ini masih terus diburu hingga hampir menyentuh titik kepunahan. Padahal keberadaan hiu sangat menentukan keseimbangan ekosistem dalam suatu kawasan perairan.
Setali tiga uang, Pari Manta, salah satu jenis pari yang dilindungi, juga memiliki nilai ekonomis tinggi untuk wisata bawah laut yang masih terus menjadi target penangkapan para pemburu di laut. Hiu dan Pari…

Melanjutkan Semangat Membangun Pengelolaan Perikanan Tuna Berkelanjutan
Usaha untuk membangun semangat praktik perikanan tuna yang berkelanjutan di Indonesia melalui kajian ilmiah belum berakhir. Simposium Tuna Nasional yang diselenggarakan pada bulan Desember 2014 lalu hanyalah sebuah awalan. WWF-Indonesia yang bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil merampungkan dokumen proceeding “Simposium Nasional Pengelolaan Perikanan Tuna Berkelanjutan” yang telah digarap sejak Januari hingga Maret tahun 2015 ini. Proceeding ini pun siap diunduh bebas untuk publik.
Ada 141 tulisan yang terseleksi beserta hasil sintesis para moderator yang berhasil masuk dalam proceeding dari 180 tulisan yang didaftarkan melalui Simposium Tuna Nasional. Tulisan-tulisan ini merupakan hasil penelitian…
Gencarkan Upaya Praktik Perikanan Berkelanjutan Lewat Simposium Tuna Nasional
Penyelenggaraan Simposium Tuna Nasional ini merupakan salah satu bentuk usaha untuk mendukung penerapan Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM) di Indonesia. Bertajuk “Pengelolaan Perikanan Tuna Berkelanjutan di Indonesia”, acara ini berhasil menghimpun 144 pemakalah yang dibagai ke dalam enam kelas untuk mempresentasikan makalahnya. Enam kelas tersebut mewakili masalah-masalah utama dalam perikanan tuna, yaitu status stok untuk perikanan tuna, harvest control rule, perkembangan teknologi dan armada tangkap perikanan tuna yang berkelanjutan, pasar perikanan tuna yang berkelanjutan dan berkeadilan, kebijakan dan pengelolaan tuna yang berkelanjutan, serta persyaratan dan resolusi perikanan Indonesia.
Direktur Sumber Daya Ikan – Kementerian Kelautan dan Perikanan…
TOT Evaluator SK3 EAFM, Peningkatan SDM Kelautan Perikanan
Sebagai bentuk pengembangan sumberdaya manusia yang merupakan syarat mutlak pembangunan berkelanjutan pada sektor kelautan dan perikanan, Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kelautan Perikanan (BPSDMKP), Direktorat Sumberdaya Ikan Kelautan Perikanan (SDI-KP) bekerjasama dengan WWF-Indonesia yang tergabung dalam National Working Group 2 (NWG2) melaksanakan Training of Trainer sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Khusus untuk EAFM (Ecosystem Approach to Fisheries Management) yang berlangsung di Bogor pada tanggal 25 sampai dengan 30 November 2014. Pelatihan yang ditujukan untuk para evaluator pengelolaan perikanan tingkat manajer ini diikuti oleh perwakilan dari Kementrian Kelautan dan Perikanan, Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP), perwakilan akademisi dari universitas di…

Menggiatkan Kajian Ilmiah Tuna Berkelanjutan di Indonesia
Menggiatkan Kajian Ilmiah Tuna Berkelanjutan di Indonesia
Tuna merupakan sumber daya perikanan bersama karena jangkauan migrasi dan stoknya. Selain itu, dari sisi ekonomi tuna menjadi salah satu komoditas perikanan penting bagi Indonesia dan dunia. Sumber daya perikanan tuna sendiri terdiri dari dua kelompok, yaitu tuna besar dan tuna kecil. Ada empat jenis tuna besar di Indonesia, yaitu sirip kuning atau madidihang (Thunnus albacares), mata besar (Thunnus obesus), sirip biru selatan (Thunnus maccoyii), dan albakor (Thunnus alalunga). Tuna kecil pun terdiri dari empat jenis di Indonesia, yaitu cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol komo (Euthynnus affinis), tongkol krai (Auxis thazard), dan…
Evaluasi Pengelolaan Sumber daya Ikan Menggunakan Indikator EAFM
Oleh Maskur Tamanyira / WWF-Indonesia
Indikator EAFM yang dibangun oleh National Working Group on EAFM dibawah koordinasi Direktorat Sumber daya Ikan, Kementrian Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan WWF, PKSPL IPB dan bersama beberapa universitas di Indonesia telah disahkan melalui Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, KKP (18/ Kep-DJPT/ 2014). Indikator EAFM ini berperan sebagai alat untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi efektivitas pengelolaan perikanan di Indonesia . Sejalan dengan tujuan tersebut, Sub direktorat Evaluasi dan Pengelolaan Sumber Daya Ikan, Kementrian Kelautan dan Perikanan melaksanakan evaluasi pengelolaan sumber daya ikan di Batam pada 23-26 September 2014 dengan menggunakan…
Pengelolaan Perikanan Basis EAFM di Manggarai Barat
Oleh Tim Coral Triangle / WWF-Indonesia
Kabupaten Manggarai Barat sebagai salah satu kabupaten di kawasan yang terdapat di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 713 dan 573 diperhitungkan memiliki kekayaan sumberdaya perikanan, yang hingga saat ini belum dikelola dengan baik . Kebijakan perikanan yang dilakukan dengan pendekatan ekosistem perlu dilaksanakan untuk memastikan tercapainya perikanan berkelanjutan di Kabupaten tersebut.
WWF-Indonesia sebagai bagian National Working Group II untuk Pengelolaan Perikanan dengan Pendekatan Ekosistem (Ecosystem Approach to Fisheries Management/EAFM), bekerjasama dengan Universitas Kristen Artha Wacana dan Politeknik Pertanian Kupang telah menilai performa pengelolaan perikanan di Kabupaten ini dengan…

Inisiasi Pengembangan Indikator EAFM Perairan Umum Daratan
Oleh M. Maskur Tamanyira / WWF-Indonesia
WWF-Indonesia dan Direktorat Sumber Daya Ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Dir. SDI KKP) yang bekerja sama dengan Pusat Kajian Studi Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor (PKSPL – IPB)dan Indonesian Network for Fisheries Resources Management (INFREM) pada tanggal 12 Agustus kemarin mengadakan diskusi bersama para peneliti, akademisi, dan perwakilan birokrasi membahas tentang pengelolaan sumberdaya ikan di perairan umum daratan.
Direktur SDI KKP Tony Ruchimat yang mewakili Direktur Jenderal Perikanan Tangkap menyampaikan bahwa sumber daya ikan di Perairan Umum Daratan dapat menjadi penyokong kebutuhan protein bagi masyarakat…
Workshop Penilaian Indikator EAFM di Banggai, Sulawesi Tengah Dipublikasikan
Oleh Windy Rizki / WWF - Indonesia
Pada Oktober-September 2013, tim Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan (STPL) Palu selaku salah satu kampus yang menjadi tim penilai Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM) melakukan pengumpulan data lapangan di Kabupaten Banggai dan Banggai Laut, Sulawesi Tengah. Hasil pengumpulan data tersebut telah menjadi laporan penilaian EAFM dan dikompilasi oleh kelompok kerja. Sebagai tindak lanjut kegiatan ini, tim dari STPL akan mempresentasikan hasil penilaian performa perikanan di kedua Kabupaten tersebut. Hasil penilaian performa perikanan di kedua Kabupaten tersebut dipaparkan melalui Workshop Penilaian Indikator EAFM di Kabupaten Banggai dan…
Kumpulan Penelitian Perikanan Tangkap
Status Stok Sumber Daya Ikan
KEPMEN 50/2017
KEPMEN 50/2017
O | M | U |
Overfishing | Moderate | Underfishing |
WPP-571 | |
Cumi-cumi | M |
---|---|
Ikan Demersal | U |
Ikan Karang | U |
Ikan Pelagis Besar | M |
Ikan Pelagis Kecil | M |
Kepiting | O |
Lobster | O |
Rajungan | M |
Udang Penaeid | O |
WPP-572 | |
Cumi-cumi | U |
Ikan Demersal | M |
Ikan Karang | U |
Ikan Pelagis Besar | M |
Ikan Pelagis Kecil | M |
Kepiting | U |
Lobster | M |
Rajungan | U |
Udang Penaeid | O |
WPP-573 | |
Cumi-cumi | O |
Ikan Demersal | U |
Ikan Karang | O |
Ikan Pelagis Besar | O |
Ikan Pelagis Kecil | O |
Kepiting | U |
Lobster | M |
Rajungan | M |
Udang Penaeid | O |
WPP-711 | |
Cumi-cumi | O |
Ikan Demersal | M |
Ikan Karang | O |
Ikan Pelagis Besar | M |
Ikan Pelagis Kecil | O |
Kepiting | O |
Lobster | M |
Rajungan | O |
Udang Penaeid | M |
WPP-712 | |
Cumi-cumi | O |
Ikan Demersal | M |
Ikan Karang | O |
Ikan Pelagis Besar | M |
Ikan Pelagis Kecil | U |
Kepiting | M |
Lobster | O |
Rajungan | M |
Udang Penaeid | O |
WPP-713 | |
Cumi-cumi | O |
Ikan Demersal | M |
Ikan Karang | O |
Ikan Pelagis Besar | O |
Ikan Pelagis Kecil | O |
Kepiting | M |
Lobster | O |
Rajungan | M |
Udang Penaeid | M |
WPP-714 | |
Cumi-cumi | O |
Ikan Demersal | M |
Ikan Karang | M |
Ikan Pelagis Besar | M |
Ikan Pelagis Kecil | U |
Kepiting | O |
Lobster | O |
Rajungan | M |
Udang Penaeid | U |
WPP-715 | |
Cumi-cumi | O |
Ikan Demersal | U |
Ikan Karang | U |
Ikan Pelagis Besar | M |
Ikan Pelagis Kecil | U |
Kepiting | O |
Lobster | O |
Rajungan | M |
Udang Penaeid | M |
WPP-716 | |
Cumi-cumi | O |
Ikan Demersal | U |
Ikan Karang | O |
Ikan Pelagis Besar | M |
Ikan Pelagis Kecil | U |
Kepiting | O |
Lobster | M |
Rajungan | M |
Udang Penaeid | M |
WPP-717 | |
Cumi-cumi | O |
Ikan Demersal | U |
Ikan Karang | M |
Ikan Pelagis Besar | O |
Ikan Pelagis Kecil | M |
Kepiting | M |
Lobster | O |
Rajungan | O |
Udang Penaeid | U |
WPP-718 | |
Cumi-cumi | O |
Ikan Demersal | M |
Ikan Karang | O |
Ikan Pelagis Besar | M |
Ikan Pelagis Kecil | M |
Kepiting | M |
Lobster | M |
Rajungan | M |
Udang Penaeid | M |
Ukuran Matang Gonad Beberapa Jenis Ikan
Ikan | Panjang_lm |
---|---|
Tuna Sirip Kuning | 137,50 (FL) |
Tuna Sirip Biru | 140 cm |
Tuna Mata Besar | Jantan : 140,5-151,9 Betina : 133,5-137,9(FL) |
Tuna Albakor | 107.5 cm |
Tongkol Krai | 29-30 cm |
Tongkol Komo | 40-65 cm |
Tongkol | 35 cm |
Teripang | 16 cm,184 gr |
Teri Jengki | 6 cm |
Tenggiri | 40-45 cm |
Tembang | 11,95 FL |
Slanget | Jantan : 13,9-14,6 Betina : 13,1-13,8 (TL) |
Selar Kuning | J: 13,9-14,2 B: 13,5-13,8 (TL) |
Selar Bentong | 20,80 FL |
Rajungan | 7-9 cm (CL) |
Peperek | 13.0 SL |
Pari Manta | 380-460 cm |
Pari | M:59.9-69.1 /F:59.9-69.1 cm |
Mata Tujuh | M:3.51-4.0/ F:4.01-4.5 cm |
Mahi-mahi | 65 cm |
Lencam | 45.3 cm |
Lemuru | 15.0 cm Betina: 9,9 (TL) |
Layaran | 156-250 cm |
Layang Deles | Jantan : 19,6-20,1 Betina : 19,8-20,3 |
Layang | 16,21 FL |
Kuwe | 42.0 SL |
Kurisi | F:15-18 cm |
Kurau | F:28.5-29 cm/ M:22.5-24.3 cm |
Kuniran | F:13.6-14.3/ M:14.4-15.1 cm |
Kerapu | 39 cm |
Kerang Dara | M : 2.720-2.950 cm/ F:2.230-3.050 cm |
Kepiting Bakau | 9-10 up CL/301-400 gr |
Kembung | 16,89 FL |
Kambing kambing | 14.0 TL |
Kakap Putih | 29-60 cm |
Kakap Merah | 42.9 FL |
Gerotgerot | 40.0 cm |
Cakalang | 40-41.9 cm |
Butana | 18.0 FL |
Belanak | 24-26 cm |
Bawal Putih | 18 cm |
Bawal Hitam | 22-24 cm |
Baronang | 24 cm |
Barakuda | F:66.0 FL/ M:60.0 FL |
Banyar | 18,03 FL |