Penulis : Irvan A. Fikri (Fisheries Science Officer, WWF-Indonesia)
Untuk mendukung upaya pengelolaan perikanan berkelanjutan di Indonesia, pada tanggal 17-20 November 2015 lalu, WWF-Indonesia bekerja sama dengan Politeknik Perikanan Negeri Tual (POLIKANT), mengadakan pelatihan mengenai pengelolaan perikanan menggunakan Pendekatan Ekosistem – atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM) – di Kampus POLIKANT, Tual.
Pelatihan yang berlangsung selama empat hari tersebut, bertujuan untuk memperkenalkan EAFM kepada para pihak yang terlibat dan berperan penting dalam pengelolaan perikanan di Kabupaten Maluku Barat Daya, termasuk mempersiapkan para mahasiswa riset agar dapat melakukan pengambilan data terkait indikator-indikator EAFM di kawasan konservasi Taman Pulau Kecil (TPK) Kei Kecil.
EAFM merupakan ‘alat’ penting dan utama dalam menyusun Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) menuju perikanan Indonesia yang berkelanjutan, yang mana indikator-indikator EAFM – yang dikelompokkan menjadi enam hal, yaitu sumber daya ikan, teknik penangkapan ikan, habitat, sosial, ekonomi, dan kelembagaan – dapat mengintegrasikan aspek ekologi dan aspek sosial ekonomi.
Simulasi pengambilan data/praktek pengambilan data di lapangan dengan metode interview kepada nelayan, lokasi Ohoi (Desa Sathean)
© WWF-Indonesia
Pengelolaan perikanan di Indonesia sendiri telah diatur oleh UU No. 31/2004 dan ditegaskan kembali di UU No. 45/2009. Secara hukum, ‘pengelolaan perikanan’ didefinisikan sebagai semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi; analisis; perencanaan; konsultasi; pembuatan keputusan; alokasi sumber daya ikan; serta implementasi dan penegakan hukum untuk mencapai produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati.
Selain WWF-Indonesia, materi pelatihan juga disampaikan oleh Universitas Pattimura. Materi-materi tersebut disusun berdasarkan Permen KP No. 9/2015 Tentang Standar Kompetensi Kerja Khusus Pengelolaan Perikanan dengan Pendekatan Ekosistem (SKKK-EAFM), yang meliputi pengenalan dan ruang lingkup EAFM; kompetensi dalam menyediakan data untuk menilai kinerja pengelolaan perikanan dengan indikator EAFM; serta pengantar analisis data dan rekomendasi EAFM. Tidak hanya teori, para peserta yang hadir juga melakukan simulasi pengambilan data EAFM di lapangan.
Pelatihan ini diikuti oleh sekitar 20 peserta yang berasal dari berbagai macam lembaga, seperti Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Maluku Tenggara; Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Maluku Tenggara; Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Maluku Tenggara; serta dosen dan mahasiswa POLIKANT.
Sesi kelas dengan pemateri Dr. James Abrahams dari Unpatti
© WWF-ID / Irvan A. Fikri
Dengan diadakannya perlatihan ini, diharapkan kedepannya para peserta – yang mayoritas adalah stakeholder – dapat menerima dan menerapkan konsep EAFM demi membangun pengelolaan perikanan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab di Kabupaten Maluku Tenggara.