Oleh: Noverica Widjojo (SBS Communication & Campaign Coordinator, WWF-Indonesia)
WWF-Indonesia bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) dalam satuan kerja COREMAP-CTI (Coral reef rehabilitation and management program – Coral triangle initiative) menggelar Simposium Nasional Pengelolaan Perikanan Karang Berkelanjutan Indonesia yang mempertemukan para ahli dan praktisi perikanan karang dari seluruh Indonesia di Denpasar, Bali, pada tanggal 25-26 November 2015.
Simposium dihadiri oleh sekitar 141 peserta dari beragam institusi seperti universitas, lembaga penelitian dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan pemerintah ini untuk mendapatkan kajian-kajian baru serta serta mendiskusikan dan mencari solusi ilmiah terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi pengelolaan perikanan karang Indonesia.
Dari 75 makalah yang berhasil diseleksi di simposium ini menegaskan bahwa eksplorasi lebih lanjut terkait pengambilan data biologi, populasi, dan ekologi ikan karang perlu dilakukan di kawasan-kawasan konservasi perairan yang berada dalam satu area lebih luas seperti Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP), serta penguatan indikator-indikator Pendekatan Ekosistem untuk Pengelolaan Perikanan (Ecosystem Approach to Fisheries Management/EAFM) sebagai upaya perbaikan perikanan karang di Indonesia. (Baca juga: Simposium Nasional akan Kaji Pengelolaan Perikanan Karang Berkelanjutan di Indonesia)
Paparan Toni Ruchimat, Direktur Sumber Daya Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap KKP / © © WWF-Indonesia
“WWF-Indonesia siap untuk terus menjalin kerja sama dengan semua pihak yang terkait dengan pengelolaan perikanan yaitu pemerintah, para pakar, para pengusaha dan praktisi untuk mewujudkan pengelolaan perikanan karang yang berkelanjutan di Indonesia; serta mendukung penerapan EAFM yang juga menjadi salah satu ‘tool’ penting dan utama dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP), yang mana saat ini tengah dijalankan oleh KKP,” kata Wawan Ridwan, Direktur Program Coral Triangle, WWF-Indonesia.
Hasil-hasil yang didapat dari simposium ini akan dijadikan referensi bagi penyusunan tata kelola perikanan karang di Indonesia salah satunya melalui Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) Ikan Karang, termasuk rekomendasi untuk penguatan kebijakan untuk mengatur jumlah dan pengoperasian alat tangkap; peningkatan keterlacakan (traceability) untuk memberikan nilai tambah produk perikanan karang dan menghindari Illegal, Unreported, Unregulated (IUU) Fishing; pengelolaan melalui HCR (Harvest Control Rule); dan penyediaan pusat informasi yang dapat menampung data-data penting untuk mendukung pengelolaan perikanan karang.
Perikanan karang juga telah menjadi penggerak perekonomian bagi 2 juta lebih nelayan di seluruh Indonesia. Pada beberapa tahun terakhir, sekitar 1,3 juta ton lebih produksi ikan karang tertangkap di perairan indonesia. Nilai produki perikanan tangkap di laut Indonesia hampir 100 trilyun pada tahun 2013.
Namun, pada satu dekade terakhir, terjadi kecenderungan penurunan produksi perikanan karang sebagai akibat meluasnya kerusakan habitat terumbu karang yang disebabkan penangkapan yang tidak ramah lingkungan serta tidak terkendali. Kenaikan trend hasil penangkapan tidak linier dengan jumlah nelayan atau armada yang beroperasi. Nelayan melakukan penangkapan semakin jauh dari fishing base, jumlah dan ukuran ikan yang tertangkap cenderung menurun pada sebagian besar lokasi di Indonesia.
klik untuk mengunduh :