Artikel

Konsultasi Nasional Hasil Pilot Testing Tiga Wilayah Pengelolaan Perikanan Mengakhiri Proses Pengembangan Indikator EAFM

    Dibaca 6772 kali berita

Konsultasi Nasional Hasil Pilot Testing Di Tiga Wilayah Pengelolaan Perikanan Mengakhiri Proses Pengembangan Indikator EAFM di Indonesia

Pada tahun 2012, pilot testing Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM) berbasis spesies dan wilayah pengelolaan telah dilakukan di Wakatobi, Berau, Flores Timur, Lembata, Alor, Kei, dan Seram bagian Timur. Pilot testing ini dilakukan untuk melihat apakah relevan untuk diterapkan pada scope wilayah kecil dengan spesies ikan yang spesifik. Pada kali ini Universitas Syiah Kuala, Universitas Riau, Institut Pertanian bogor, Universitas Hasanudin, Universitas Mulawarman, Universitas Kristen Artha Wacana, Universitas Mataram, Universitas Pattimura, Universitas Haloeleo, serta Politeknik Pertanian Negeri Kupang yang merupakan embrio dari learning center di tingkat wilayah pengelolaan perikanan (WPP), mendapatkan mandat dari Coral Triangle Initiative – National Working Group 2 on EAFM (CTI NWG2 on EAFM) untuk melakukan pilot testing EAFM berbasis Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP), di WPP 571 meliputi perairan Selat Malaka dan Laut Andaman, Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali termasuk ke dalam WPP 713, dan juga WPP 714 meliputi perairan Teluk Tolo dan Laut Banda

Bertempat di  Bogor, wakil dari learning center mempresentasikan hasil dari pilot testing EAFM berbasis WPP tersebut pada sebuah workshop konsultasi hasil penilaian EAFM tingkat WPP. Workshop ini resmi dibuka oleh Ir. Erni Widjajanti, M.Ag.Buss., Kasubdit Teritorial Laut Teritorial dan Perairan Kepulauan - Dit. Sumber Daya Ikan pada 18 November 2013 lalu. Agenda hari pertama adalah pemaparan hasil penilaian di kabupaten – kabupaten dalam WPP 714 yang diakhiri oleh pemaparan hasil penilaian WPP 714 oleh Dr. James Abrahamsz, Universitas Pattimura selaku team leader pada WPP 714. Kemudian agenda dilanjutkan ke pemaparan hasil penilaian di WPP 571 oleh Yonvitner, PKSPL – IPB. Pada salah satu hasil penilaian di WPP 571 , diketahui bahwa nilai komposit yang paling tingggi adalah domain sosial, sedangkan domain lainnya rata – rata bernilai komposit antara 35 – 57 (kurang – sedang). Nilai agregat dari keseluruhan domain pada WPP 571 adalah 48, dengan deskripsi performa perikanan pada WPP 571 adalah sedang. Hari kedua pertemuan merupakan sesi pemaparan kabupaten – kabupaten dalam WPP 713 dan diskusi rekomendasi teknis; kesepakatan terkait analisa agregasi penilaian untuk unit WPP, serta kesepakatan tindak lanjut untuk langkah selanjutnya. Rangkaian dua hari kegiatan ini adalah untuk memberikan input akhir terhadap indikator EAFM yang dikembangkan sejak tahun 2010, sebagai program utama dari CTI NWG2 on EAFM yang dipimpin oleh Direktorat Sumberdaya Ikan – KKP yang didukung oleh WWF-Indonesia dan PKSPL IPB untuk mempromosikan pelaksanaan pengelolaan perikanan dengan pendekatan ekosistem guna mendukung keberlanjutan sumberdaya dan mensejahterakan masyarakat. Setelah konsultasi hasil pilot testing selesai, langkah selanjutnya adalah memperbaiki indikator yang telah mendapatkan input.

Agenda pada hari ketiga sekaligus hari terakhir adalah diskusi dan konsultasi naskah akademis, pembahasan seputar pokok – pokok yang nantinya harus diatur di dalam naskah akademis terkait EAFM, kapasitas pelaku yang akan melakukan penilaian, pihak yang akan mengimplementasikan, pembiayaan untuk penilaian dan pengimplementasian, frekuensi melakukan penilaian, dan juga evaluasinya. Naskah akademis yang dibahas oleh tim dari learning center dan anggota CTI NWG2 ini nantinya akan berperan sebagai kunci untuk rekomendasi teknis pemanfaatan dan pelaksanaan indikator EAFM dalam mendukung pengelolaan perikanan di Indonesia, serta memastikan adanya dukungan kebijakan terhadap skema yang diusung oleh CTI NWG2.

Pertemuan resmi ditutup oleh Aris Budiarto sebagai perwakilan Subdit Teritorial Laut Teritorial dan Perairan Kepulauan - Dit. Sumber Daya Ikan dengan harapan rekomendasi dari para anggota learning center dapat menjadi bahan perbaikan indikator EAFM serta perbaikan naskah akademis terkait EAFM yang sedang disempurnakan.

Kumpulan Penelitian Perikanan Tangkap
Status Stok Sumber Daya Ikan
KEPMEN 50/2017
O M U
Overfishing Moderate Underfishing
WPP-571
Cumi-cumi M
Ikan Demersal U
Ikan Karang U
Ikan Pelagis Besar M
Ikan Pelagis Kecil M
Kepiting O
Lobster O
Rajungan M
Udang Penaeid O
WPP-572
Cumi-cumi U
Ikan Demersal M
Ikan Karang U
Ikan Pelagis Besar M
Ikan Pelagis Kecil M
Kepiting U
Lobster M
Rajungan U
Udang Penaeid O
WPP-573
Cumi-cumi O
Ikan Demersal U
Ikan Karang O
Ikan Pelagis Besar O
Ikan Pelagis Kecil O
Kepiting U
Lobster M
Rajungan M
Udang Penaeid O
WPP-711
Cumi-cumi O
Ikan Demersal M
Ikan Karang O
Ikan Pelagis Besar M
Ikan Pelagis Kecil O
Kepiting O
Lobster M
Rajungan O
Udang Penaeid M
WPP-712
Cumi-cumi O
Ikan Demersal M
Ikan Karang O
Ikan Pelagis Besar M
Ikan Pelagis Kecil U
Kepiting M
Lobster O
Rajungan M
Udang Penaeid O
WPP-713
Cumi-cumi O
Ikan Demersal M
Ikan Karang O
Ikan Pelagis Besar O
Ikan Pelagis Kecil O
Kepiting M
Lobster O
Rajungan M
Udang Penaeid M
WPP-714
Cumi-cumi O
Ikan Demersal M
Ikan Karang M
Ikan Pelagis Besar M
Ikan Pelagis Kecil U
Kepiting O
Lobster O
Rajungan M
Udang Penaeid U
WPP-715
Cumi-cumi O
Ikan Demersal U
Ikan Karang U
Ikan Pelagis Besar M
Ikan Pelagis Kecil U
Kepiting O
Lobster O
Rajungan M
Udang Penaeid M
WPP-716
Cumi-cumi O
Ikan Demersal U
Ikan Karang O
Ikan Pelagis Besar M
Ikan Pelagis Kecil U
Kepiting O
Lobster M
Rajungan M
Udang Penaeid M
WPP-717
Cumi-cumi O
Ikan Demersal U
Ikan Karang M
Ikan Pelagis Besar O
Ikan Pelagis Kecil M
Kepiting M
Lobster O
Rajungan O
Udang Penaeid U
WPP-718
Cumi-cumi O
Ikan Demersal M
Ikan Karang O
Ikan Pelagis Besar M
Ikan Pelagis Kecil M
Kepiting M
Lobster M
Rajungan M
Udang Penaeid M
Ukuran Matang Gonad Beberapa Jenis Ikan
Ikan Panjang_lm
Tuna Sirip Kuning 137,50 (FL)
Tuna Sirip Biru 140 cm
Tuna Mata Besar Jantan : 140,5-151,9  
Betina : 133,5-137,9(FL)
Tuna Albakor 107.5 cm
Tongkol Krai 29-30 cm
Tongkol Komo 40-65 cm
Tongkol 35 cm
Teripang 16 cm,184 gr
Teri Jengki 6 cm
Tenggiri 40-45 cm
Tembang 11,95 FL
Slanget Jantan : 13,9-14,6
Betina : 13,1-13,8 (TL)
Selar Kuning J: 13,9-14,2
B: 13,5-13,8 (TL)
Selar Bentong 20,80 FL
Rajungan 7-9 cm (CL)
Peperek 13.0 SL
Pari Manta 380-460 cm
Pari M:59.9-69.1 /F:59.9-69.1 cm
Mata Tujuh M:3.51-4.0/ F:4.01-4.5 cm
Mahi-mahi 65 cm
Lencam 45.3 cm
Lemuru 15.0 cm
Betina: 9,9 (TL)
Layaran 156-250 cm
Layang Deles Jantan : 19,6-20,1
Betina : 19,8-20,3
Layang 16,21 FL
Kuwe 42.0 SL
Kurisi F:15-18 cm
Kurau F:28.5-29 cm/ M:22.5-24.3 cm
Kuniran F:13.6-14.3/ M:14.4-15.1 cm
Kerapu 39 cm
Kerang Dara M : 2.720-2.950 cm/ F:2.230-3.050 cm
Kepiting Bakau 9-10 up CL/301-400 gr
Kembung 16,89 FL
Kambing kambing 14.0 TL
Kakap Putih 29-60 cm
Kakap Merah 42.9 FL
Gerotgerot 40.0 cm
Cakalang 40-41.9 cm
Butana 18.0 FL
Belanak 24-26 cm
Bawal Putih 18 cm
Bawal Hitam 22-24 cm
Baronang 24 cm
Barakuda F:66.0 FL/ M:60.0 FL
Banyar 18,03 FL
Supported by
WWF