Jakarta, 14 Juni 2023. Dalam rangka menyambut Hari Penyu Sedunia, Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut Ditjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama Yayasan WWF Indonesia dan Yayasan Taka Indonesia menyelenggarakan 2023 Indonesia Sea Turtle Symposium and The Greater Coral Triangle Region pada 14-15 Juni 2023 di Jakarta. Simposium ini dihadiri oleh 69 presenter oral dan 14 presenter poster.
Kebiasaan migrasi penyu menjadikannya sebagai salah satu spesies yang sangat terancam di laut lepas. Ketujuh spesies penyu saat ini terdaftar ke dalam Red List IUCN untuk spesies terancam punah dan perlindungan pemanfaatannya masuk ke dalam Appendix I dibawah CITES. Selain itu, penyu juga mendapat ancaman dari perburuan, perdagangan, tangkapan sampingan (bycatch), hingga perubahan iklim. Implikasi dari penurunan populasi penyu ini mendorong pemerintahan di negara-negara yang memiliki sumber daya populasi penyu untuk meratifikasi perundangan perlindungan bagi spesies ini.
Di skala nasional, pada tahun 1990 pemerintah Indonesia mengeluarkan regulasi perlindungan penuh pada jenis-jenis penyu yang tercantum pada UU No.5 Tahun 1990. Namun demikian, pertanyaan bagaimana status populasi penyu sekarang ini setelah berpuluh tahun perlindungan masih sulit untuk terjawab.
“Pemerintah Indonesia telah menetapkan dokumen Rencana Aksi Nasional (RAN) konservasi penyu skala nasional melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 65 Tahun 2022 untuk periode 2022-2024. RAN ini sebagai pedoman dan rujukan dalam pengelolaan penyu di Indonesia,” ujar Drs. Victor Gustaaf Manoppo, MH, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia.
Melalui Simposium Penyu ini berbagai pihak akademisi hingga unit pengelola teknis berupaya untuk mengintegrasikan data-data ilmiah yang tersebar secara lokal pada kriteria di atas untuk dapat mengevaluasi progress status pengelolaan dan populasi penyu di kawasan segitiga terumbu selama 20 tahun terakhir. Hal ini juga diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan dan konservasi penyu skala nasional dengan panduan standar E-PANJI (Evaluasi Efektivitas Pengelolaan Jenis Ikan Dilindungi dan/atau Terancam Punah).
Dr. Imam Musthofa Zainudin selaku Direktur Program Kelautan dan Perikanan Yayasan WWF Indonesia menyampaikan “Selain ikut serta dalam penyelenggaraan simposium penyu ini, Yayasan WWF Indonesia juga mendukung implementasi upaya konservasi penyu di lokasi kawasan konservasi perairan. Seperti di Pulau Buru, Maluku dan Paloh, Kalimantan Barat angka perburuan liar penyu dan telurnya berhasil diturunkan dan dipertahankan hingga 99% dalam 5 tahun terakhir.”
Sepanjang 2006-2014, WWF Indonesia juga melakukan pencatatanan bycatch pada penangkapan tuna longline di Benoa, Bali dan tercatat 627 bycatch penyu terjadi. Teknologi pada alat penangkapan perlu dikembangkan untuk mengurangi ancaman ini. Pada 2013-2017 perairan Paloh sebagai salah satu pantai peneluran terpanjang di Indonesia menerapkan penggunaan teknologi lampu LED Hijau dan berhasil mengurangi bycatch penyu hingga 85%. 2nd Indonesia Smart Gear Competition merupakan Kompetisi Inovasi Teknologi dalam mengurangi bycatch spesies laut terancam punah dan dilindungi guna mengembangkan modifikasi Alat Penangkap Ikan (API) baik dalam merubah konstruksi API, merubah metode operasi penangkapan, serta penambahan alat tertentu dengan tujuan mengoptimalkan dan mengefektifkan suatu operasi penangkapan ikan.
Adapun rangkaian acara lainnya yang telah dilaksanakan yaitu, sosialisasi Rencana Aksi Nasional Konservasi Penyu di Indonesia 2022 - 2024, Bimbingan Teknis untuk Penanganan Penyu Hasil Tangkapan Sampingan (Bycatch) dan Keterdamparan, Lokakarya Perkembangan 20 Tahun Konservasi Penyu di Indonesia dan Regional, serta pertemuan ShellBank dan Pokja Genetik Penyu Laut Asia-Pasifik.
Kredit foto: Ranny/WWF-Indonesia