Tag -berita
34 PENYU SIAP DILEPASKAN PASCA PENGGAGALAN PENYELUNDUPAN
Pada 6 April 2016, Direktorat Kepolisian Perairan (Ditpolair) Polda Bali berhasil menggagalkan penyelundupan 40 penyu hijau di perairan Kubu-Karangasem. Keseluruhan penyu di titipkan sementara di Turtle Conservation and Education Centre (TCEC) Serangan Bali untuk menerima pemeriksaan medik veteriner dan perawatan lebih lanjut sebelum dilepaskan. Penanganan dilakukan secara cepat di bawah supervisi tim Kedokteran Hewan Universitas Udayana dan WWF Indonesia. Pasca tiga hari penggagalan penyelundupan, kini 34 penyu dinyatakan pulih kesehatannya dan siap dilepaskan ke laut.
Dalam data rekam Ditpolair Polda Bali, penyu…
Call for Papers: Simposium Perdana ”Dugong dan Habitat Lamun” di Indonesia
Oleh: Casandra Tania (Marine Species Officer, WWF-Indonesia) dan Dwi Suprapti (Marine Species Conservation Coordinator, WWF-Indonesia)
Dugong (Dugong dugon) atau biasa dikenal dengan nama Duyung merupakan satu dari 35 jenis Mamalia laut yang dijumpai tersebar di perairan Indonesia, khususnya di habitat padang lamun. Meskipun bertubuh besar dengan bobot mencapai 600 kg, namun satwa laut menyusui ini memiliki perilaku yang ramah dan hidup berasosiasi secara khusus dengan ekosistem lamun sebagai habitat pakannya.
Dugong memiliki ancaman kehidupan yang begitu komplek. Secara alami dugong memiliki reproduksi yang…
Mencari Solusi untuk Perikanan Karang Berkelanjutan di Indonesia
Oleh: Noverica Widjojo (SBS Communication & Campaign Coordinator, WWF-Indonesia)
WWF-Indonesia bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) dalam satuan kerja COREMAP-CTI (Coral reef rehabilitation and management program – Coral triangle initiative) menggelar Simposium Nasional Pengelolaan Perikanan Karang Berkelanjutan Indonesia yang mempertemukan para ahli dan praktisi perikanan karang dari seluruh Indonesia di Denpasar, Bali, pada tanggal 25-26 November 2015.
Simposium dihadiri oleh sekitar 141 peserta dari beragam institusi seperti universitas, lembaga penelitian dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan pemerintah ini untuk mendapatkan kajian-kajian baru…
Dukung Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan di Maluku Tenggara, WWF dan POLIKANT Adakan Pelatihan EAFM
Penulis : Irvan A. Fikri (Fisheries Science Officer, WWF-Indonesia)
Untuk mendukung upaya pengelolaan perikanan berkelanjutan di Indonesia, pada tanggal 17-20 November 2015 lalu, WWF-Indonesia bekerja sama dengan Politeknik Perikanan Negeri Tual (POLIKANT), mengadakan pelatihan mengenai pengelolaan perikanan menggunakan Pendekatan Ekosistem – atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM) – di Kampus POLIKANT, Tual.
Pelatihan yang berlangsung selama empat hari tersebut, bertujuan untuk memperkenalkan EAFM kepada para pihak yang terlibat dan berperan penting dalam pengelolaan perikanan di Kabupaten Maluku Barat Daya, termasuk mempersiapkan para mahasiswa riset…
Simposium Nasional Akan Kaji Pengelolaan Perikanan Karang Berkelanjutan di Indonesia
Penulis: Muhammad Yusuf / WWF - Indonesia
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui satuan kerja COREMAP-CTI (Coral reef rehabilitation and management program – Coral triangle initiative) Ditjen Perikanan Tangkap, bekerjasama dengan WWF-Indonesia untuk menyelenggarakan Simposium Nasional Perikanan Karang Berkelanjutan di Denpasar Bali pada tanggal 25-26 November 2015 mendatang.
Dalam rangka mendapatkan kajian-kajian terbaru, simposium nasional ini akan mempertemukan para expert (ahli) dan praktisi perikanan karang dari seluruh Indonesia untuk menyampaikan hasil penelitain dan kajian terbaru, serta mendiskusikan dan mencari solusi ilmiah terhadap berbagai…
Anak Bangsa Ciptakan Inovasi Alat Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan
Oleh: Wahyu Teguh Prawira / WWF-Indonesia
Pada tanggal 31 Juli 2015 lalu, dewan juri Kompetisi Alat Penangkap Ikan Ramah Lingkungan tahun 2015 memutuskan Galih Dandung Akbar, Romi Dwi Nanda, dan Muhamad Ali Dofir sebagai Juara 1 pada kegiatan Kompetisi Alat Penangkap Ikan Ramah Lingkungan tahun 2015.
Ketiga mahasiswa Universitas Brawijaya ini membuat inovasi alat penangkap ikan ramah lingkungan yang bernama“Electro Shield System: Pemertahanan Populasi Hiu (Carcharhinus leucas) dengan Mengoptimalisasi Peran Alat Tangkap Berkelanjutan Untuk Menurunkan Bycatch Di Perairan Indonesia”. Alat ini berfungsi untuk…
Workshop Pelatihan Essential EAFM
Direktorat Sumber Daya Ikan menyelenggarakan workshop pelatihan Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM) pada tanggal 7-12 Juni 2015 di Yogyakarta. Pelatihan tersebut diikuti oleh staf Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Direktorat Jenderal KP3K, Badan Pengembangan SDM KP, dan perwakilan berbagai instansi pemda antara lain Dinas Kelautan dan Perikanan dari Provinsi DIY, Provinsi Papua Barat, Kota Batam, Kabupaten Natuna, Kabupaten Aru, dan Bappeda Kabupaten Raja Ampat.
Dalam sambutannya, Direktur Sumber Daya Ikan menjelaskan bahwa pendekatan lingkungan menjadi paradigma pengelolaan perikanan saat ini karena pendekatan tersebut memerhatikan seluruh aspek yang terkait dengan kegiatan perikanan dan lingkungannya. Dengan memasukkan aspek di luar perikanan namun…
Payung Hukum Kompetensi Khusus SDM dalam Implemetasi EAFM
Proses panjang tim National Working Group (NWG-2) yang dimotori oleh Direktorat Sumber daya Ikan DJPT-KP bersama WWF-Indonesia berbuah manis. Menteri Kelautan dan Perikanan, mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 9 tahun 2015 Tentang Standar Kompetensi Kerja Khusus Dalam Pengeloaan Perikanan Dengan Pendekatan Ekosistem. Permen-KP ini dihasilkan setelah berbagai proses panjang yang dilakukan oleh tim dalam kurun waktu 5 tahun. (baca: EAFM di Indonesia).
Berbagai rangkaian proses telah dilalui sampai pada keluarnya Permen-KP nomor 9. pada tanggal 27 September tahun 2013, diadakan workshop pengembangan SDM dalam Pengeloaan perikanan dengan pendekatan ekosistem. Workshop ini atas inisiasi WWF-Indonesia yang bekerjasama dengan BSDM-KP…
Menilai Kemajuan Perbaikan Perikanan Tuna Indonesia Demi Jaga Ketahanan Pangan
Pada tanggal 11-12 Mei 2015, WWF-Indonesia bekerja sama dengan Direktorat Pemasaran Luar Negeri dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (Dir. PLN-KKP), menyelenggarakan lokakarya bertajuk “Perkembangan Perbaikan Pengelolaan Perikanan Tuna Indonesia Guna Mencapai Standar Sertifikasi Ekolabel MSC” di Bogor. Dari lokakarya ini, disimpulkan bahwa perbaikan perikanan tuna di Indonesia sudah dilakukan di lapangan. Namun, dari 50 usulan yang direkomendasikan, baru 19 langkah (milestones) yang dinilai layak dan sesuai dengan standar Marine Stewardship Council (MSC), per tahun 2014. Sementara 31 milestones lainnya masih harus ditingkatkan dan dikelola lebih baik.
Penilaian menggunakan standar MSC…
Para Peneliti Siap Kumpulkan Data untuk Mengatur Pengelolaan Hiu dan Pari
Citra hiu sebagai binatang buas yang berawal dari sebuah film berjudul Jaws telah melekat kuat di benak masyarakat, menjadikannya sebagai binatang jahat dan gemar memangsa manusia. Walaupun fakta telah membuktikan sebaliknya, spesies kunci yang berfungsi sebagai predator puncak dalam tingkat tropik di laut ini masih terus diburu hingga hampir menyentuh titik kepunahan. Padahal keberadaan hiu sangat menentukan keseimbangan ekosistem dalam suatu kawasan perairan.
Setali tiga uang, Pari Manta, salah satu jenis pari yang dilindungi, juga memiliki nilai ekonomis tinggi untuk wisata bawah laut yang masih terus menjadi target penangkapan para pemburu di laut. Hiu dan Pari…
Collection of Capture Fisheries Research
Status of Stock of Fish Resources
KEPMEN 50/2017
KEPMEN 50/2017
O | M | U |
Overfishing | Moderate | Underfishing |
WPP-571 | |
Cumi-cumi | M |
---|---|
Ikan Demersal | U |
Ikan Karang | U |
Ikan Pelagis Besar | M |
Ikan Pelagis Kecil | M |
Kepiting | O |
Lobster | O |
Rajungan | M |
Udang Penaeid | O |
WPP-572 | |
Cumi-cumi | U |
Ikan Demersal | M |
Ikan Karang | U |
Ikan Pelagis Besar | M |
Ikan Pelagis Kecil | M |
Kepiting | U |
Lobster | M |
Rajungan | U |
Udang Penaeid | O |
WPP-573 | |
Cumi-cumi | O |
Ikan Demersal | U |
Ikan Karang | O |
Ikan Pelagis Besar | O |
Ikan Pelagis Kecil | O |
Kepiting | U |
Lobster | M |
Rajungan | M |
Udang Penaeid | O |
WPP-711 | |
Cumi-cumi | O |
Ikan Demersal | M |
Ikan Karang | O |
Ikan Pelagis Besar | M |
Ikan Pelagis Kecil | O |
Kepiting | O |
Lobster | M |
Rajungan | O |
Udang Penaeid | M |
WPP-712 | |
Cumi-cumi | O |
Ikan Demersal | M |
Ikan Karang | O |
Ikan Pelagis Besar | M |
Ikan Pelagis Kecil | U |
Kepiting | M |
Lobster | O |
Rajungan | M |
Udang Penaeid | O |
WPP-713 | |
Cumi-cumi | O |
Ikan Demersal | M |
Ikan Karang | O |
Ikan Pelagis Besar | O |
Ikan Pelagis Kecil | O |
Kepiting | M |
Lobster | O |
Rajungan | M |
Udang Penaeid | M |
WPP-714 | |
Cumi-cumi | O |
Ikan Demersal | M |
Ikan Karang | M |
Ikan Pelagis Besar | M |
Ikan Pelagis Kecil | U |
Kepiting | O |
Lobster | O |
Rajungan | M |
Udang Penaeid | U |
WPP-715 | |
Cumi-cumi | O |
Ikan Demersal | U |
Ikan Karang | U |
Ikan Pelagis Besar | M |
Ikan Pelagis Kecil | U |
Kepiting | O |
Lobster | O |
Rajungan | M |
Udang Penaeid | M |
WPP-716 | |
Cumi-cumi | O |
Ikan Demersal | U |
Ikan Karang | O |
Ikan Pelagis Besar | M |
Ikan Pelagis Kecil | U |
Kepiting | O |
Lobster | M |
Rajungan | M |
Udang Penaeid | M |
WPP-717 | |
Cumi-cumi | O |
Ikan Demersal | U |
Ikan Karang | M |
Ikan Pelagis Besar | O |
Ikan Pelagis Kecil | M |
Kepiting | M |
Lobster | O |
Rajungan | O |
Udang Penaeid | U |
WPP-718 | |
Cumi-cumi | O |
Ikan Demersal | M |
Ikan Karang | O |
Ikan Pelagis Besar | M |
Ikan Pelagis Kecil | M |
Kepiting | M |
Lobster | M |
Rajungan | M |
Udang Penaeid | M |
Size of Mature Gonad Some Types of Fish
Fish | Length |
---|---|
Tuna Sirip Kuning | 137,50 (FL) |
Tuna Sirip Biru | 140 cm |
Tuna Mata Besar | Jantan : 140,5-151,9 Betina : 133,5-137,9(FL) |
Tuna Albakor | 107.5 cm |
Tongkol Krai | 29-30 cm |
Tongkol Komo | 40-65 cm |
Tongkol | 35 cm |
Teripang | 16 cm,184 gr |
Teri Jengki | 6 cm |
Tenggiri | 40-45 cm |
Tembang | 11,95 FL |
Slanget | Jantan : 13,9-14,6 Betina : 13,1-13,8 (TL) |
Selar Kuning | J: 13,9-14,2 B: 13,5-13,8 (TL) |
Selar Bentong | 20,80 FL |
Rajungan | 7-9 cm (CL) |
Peperek | 13.0 SL |
Pari Manta | 380-460 cm |
Pari | M:59.9-69.1 /F:59.9-69.1 cm |
Mata Tujuh | M:3.51-4.0/ F:4.01-4.5 cm |
Mahi-mahi | 65 cm |
Lencam | 45.3 cm |
Lemuru | 15.0 cm Betina: 9,9 (TL) |
Layaran | 156-250 cm |
Layang Deles | Jantan : 19,6-20,1 Betina : 19,8-20,3 |
Layang | 16,21 FL |
Kuwe | 42.0 SL |
Kurisi | F:15-18 cm |
Kurau | F:28.5-29 cm/ M:22.5-24.3 cm |
Kuniran | F:13.6-14.3/ M:14.4-15.1 cm |
Kerapu | 39 cm |
Kerang Dara | M : 2.720-2.950 cm/ F:2.230-3.050 cm |
Kepiting Bakau | 9-10 up CL/301-400 gr |
Kembung | 16,89 FL |
Kambing kambing | 14.0 TL |
Kakap Putih | 29-60 cm |
Kakap Merah | 42.9 FL |
Gerotgerot | 40.0 cm |
Cakalang | 40-41.9 cm |
Butana | 18.0 FL |
Belanak | 24-26 cm |
Bawal Putih | 18 cm |
Bawal Hitam | 22-24 cm |
Baronang | 24 cm |
Barakuda | F:66.0 FL/ M:60.0 FL |
Banyar | 18,03 FL |