Article

Para Peneliti Siap Kumpulkan Data untuk Mengatur Pengelolaan Hiu dan Pari

    Read 2071 times berita
Citra hiu sebagai binatang buas yang berawal dari sebuah film berjudul Jaws telah melekat kuat di benak masyarakat, menjadikannya sebagai binatang jahat dan gemar memangsa manusia. Walaupun fakta telah membuktikan sebaliknya, spesies kunci yang berfungsi sebagai predator puncak dalam tingkat tropik di laut ini masih terus diburu hingga hampir menyentuh titik kepunahan. Padahal keberadaan hiu sangat menentukan keseimbangan ekosistem dalam suatu kawasan perairan.
 
Setali tiga uang, Pari Manta, salah satu jenis pari yang dilindungi, juga memiliki nilai ekonomis tinggi untuk wisata bawah laut yang masih terus menjadi target penangkapan para pemburu di laut. Hiu dan Pari Manta, keduanya memiliki aspek ekologis penting dengan penyebaran habitat yang sangat luas, mulai dari dangkalan perairan pantai, landasan kontinen dan lereng, hingga ke lautan dalam.
 
 
 
Tak hentinya pemburuan kelompok ikan bertulang rawan atau Elasmobranchii – jenis hiu dan pari – ini telah menjadi momok internasional sejak tahun 2013. Hal tersebut terjadi setelah masuknya beberapa spesies hiu dan pari manta dalam Appendix II Convention on International Trade in Endangered Species (CITES).
 
Masuknya hiu dan pari manta dalam CITES berkaitan dengan tingginya tingkat eksploitasi terhadap berbagai jenis hiu dan pari, baik sebagai tangkapan target maupun tangkapan sampingan (bycatch). Jika eksploitasi ini dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan turunnya populasi hiu dan pari secara drastis dan memerlukan waktu lama untuk pulih kembali.
 
Kesehatan lautan dan perikanan tidak diragukan lagi sangat bergantung pada keberadaan hiu dan pari. Dengan pertumbuhan sangat lambat serta memerlukan waktu bertahun-tahun hingga mencapai usia dewasa (Hoeve, 1988), kedua spesies ini membutuhkan rencana aksi nyata semua pihak demi keberlanjutan perekonomian kelautan di Indonesia.
 
Pentingnya Kajian Ilmiah dalam Usaha Konservasi
 
Terbatasnya informasi ilmiah terkait sumber daya hiu dan pari di Indonesia menjadi salah satu penyebab sulitnya melakukan upaya konservasi serta pengelolaan hiu dan pari secara berkelanjutan. Oleh karena itu, WWF-Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyelenggarakan Simposium Hiu dan Pari di Indonesia yang terbuka untuk umum.
Forum ilmiah ini nantinya dapat menjadi salah satu upaya untuk menjaring hasil-hasil penelitian tentang sumber daya hiu dan pari yang dilakukan di Indonesia. Hasil dari kegiatan simposium juga diharapkan bisa digunakan sebagai bahan untuk mendukung rencana aksi pengelolaan hiu dan pari secara nasional (National Plan of Action - NPOA Shark and Ray).
 
Mendorongkan adanya kuota perdagangan dan larangan ekspor ke luar negeri untuk hiu dan pari; mengupayakan dibentuknya kawasan perlindungan hiu dan pari di beberapa tempat potensial di Indonesia; hingga membuat panduan penanganan hiu bycatch merupakan beberapa usaha konservasi yang telah dilakukan untuk menjaga hiu dan pari demi keseimbangan ekosistem. Data-data yang dikumpulkan dalam simposium ini nantinya dapat menjadi landasan untuk memperkuat usaha-usaha konservasi yang selama ini telah dilakukan serta dapat memperpanjang keberlanjutan hiu dan pari.
 
Untuk informasi lebih lengkap mengenai Simposium Hiu dan Pari Indonesia silakan unduh leaflet di sini.
Collection of Capture Fisheries Research
Status of Stock of Fish Resources
KEPMEN 50/2017
O M U
Overfishing Moderate Underfishing
WPP-571
Cumi-cumi M
Ikan Demersal U
Ikan Karang U
Ikan Pelagis Besar M
Ikan Pelagis Kecil M
Kepiting O
Lobster O
Rajungan M
Udang Penaeid O
WPP-572
Cumi-cumi U
Ikan Demersal M
Ikan Karang U
Ikan Pelagis Besar M
Ikan Pelagis Kecil M
Kepiting U
Lobster M
Rajungan U
Udang Penaeid O
WPP-573
Cumi-cumi O
Ikan Demersal U
Ikan Karang O
Ikan Pelagis Besar O
Ikan Pelagis Kecil O
Kepiting U
Lobster M
Rajungan M
Udang Penaeid O
WPP-711
Cumi-cumi O
Ikan Demersal M
Ikan Karang O
Ikan Pelagis Besar M
Ikan Pelagis Kecil O
Kepiting O
Lobster M
Rajungan O
Udang Penaeid M
WPP-712
Cumi-cumi O
Ikan Demersal M
Ikan Karang O
Ikan Pelagis Besar M
Ikan Pelagis Kecil U
Kepiting M
Lobster O
Rajungan M
Udang Penaeid O
WPP-713
Cumi-cumi O
Ikan Demersal M
Ikan Karang O
Ikan Pelagis Besar O
Ikan Pelagis Kecil O
Kepiting M
Lobster O
Rajungan M
Udang Penaeid M
WPP-714
Cumi-cumi O
Ikan Demersal M
Ikan Karang M
Ikan Pelagis Besar M
Ikan Pelagis Kecil U
Kepiting O
Lobster O
Rajungan M
Udang Penaeid U
WPP-715
Cumi-cumi O
Ikan Demersal U
Ikan Karang U
Ikan Pelagis Besar M
Ikan Pelagis Kecil U
Kepiting O
Lobster O
Rajungan M
Udang Penaeid M
WPP-716
Cumi-cumi O
Ikan Demersal U
Ikan Karang O
Ikan Pelagis Besar M
Ikan Pelagis Kecil U
Kepiting O
Lobster M
Rajungan M
Udang Penaeid M
WPP-717
Cumi-cumi O
Ikan Demersal U
Ikan Karang M
Ikan Pelagis Besar O
Ikan Pelagis Kecil M
Kepiting M
Lobster O
Rajungan O
Udang Penaeid U
WPP-718
Cumi-cumi O
Ikan Demersal M
Ikan Karang O
Ikan Pelagis Besar M
Ikan Pelagis Kecil M
Kepiting M
Lobster M
Rajungan M
Udang Penaeid M
Size of Mature Gonad Some Types of Fish
Fish Length
Tuna Sirip Kuning 137,50 (FL)
Tuna Sirip Biru 140 cm
Tuna Mata Besar Jantan : 140,5-151,9  
Betina : 133,5-137,9(FL)
Tuna Albakor 107.5 cm
Tongkol Krai 29-30 cm
Tongkol Komo 40-65 cm
Tongkol 35 cm
Teripang 16 cm,184 gr
Teri Jengki 6 cm
Tenggiri 40-45 cm
Tembang 11,95 FL
Slanget Jantan : 13,9-14,6
Betina : 13,1-13,8 (TL)
Selar Kuning J: 13,9-14,2
B: 13,5-13,8 (TL)
Selar Bentong 20,80 FL
Rajungan 7-9 cm (CL)
Peperek 13.0 SL
Pari Manta 380-460 cm
Pari M:59.9-69.1 /F:59.9-69.1 cm
Mata Tujuh M:3.51-4.0/ F:4.01-4.5 cm
Mahi-mahi 65 cm
Lencam 45.3 cm
Lemuru 15.0 cm
Betina: 9,9 (TL)
Layaran 156-250 cm
Layang Deles Jantan : 19,6-20,1
Betina : 19,8-20,3
Layang 16,21 FL
Kuwe 42.0 SL
Kurisi F:15-18 cm
Kurau F:28.5-29 cm/ M:22.5-24.3 cm
Kuniran F:13.6-14.3/ M:14.4-15.1 cm
Kerapu 39 cm
Kerang Dara M : 2.720-2.950 cm/ F:2.230-3.050 cm
Kepiting Bakau 9-10 up CL/301-400 gr
Kembung 16,89 FL
Kambing kambing 14.0 TL
Kakap Putih 29-60 cm
Kakap Merah 42.9 FL
Gerotgerot 40.0 cm
Cakalang 40-41.9 cm
Butana 18.0 FL
Belanak 24-26 cm
Bawal Putih 18 cm
Bawal Hitam 22-24 cm
Baronang 24 cm
Barakuda F:66.0 FL/ M:60.0 FL
Banyar 18,03 FL
Supported by
WWF